Beranda Berita Gov-CSIRT Tanggulangi Risiko Insiden Keamanan Siber, LIPI Resmi Bentuk Tim Tanggap Darurat

Tanggulangi Risiko Insiden Keamanan Siber, LIPI Resmi Bentuk Tim Tanggap Darurat

Berita Gov-CSIRT
IMG

>Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) resmi membentuk >Computer Security Incidents Response Team (CSIRT) atau Tim Tanggap Darurat Insiden Keamanan Siber, Senin (28/6) di Jakarta. CSIRT dibentuk sebagai upaya tanggung jawab untuk menerima, meninjau, dan menanggapi laporan dan aktivitas insiden keamanan siber.>

LIPI CSRIT terbentuk berkat kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). “Pembentukan Tim CSRIT ini menjadi tugas bersama antara LIPI dan BSSN dalam mengamankan sistem elektronik yang ada di lembaga,” ujar Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, dalam sambutannya.

Menurut Hinsa, peran CSIRT sebagai monitor dan penyediaan pemulihan dari insiden keamanan siber, tentunya harus sejalan dengan penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis elektronik (SPBE). “Bagian dari unsur keamanan SPBE yaitu penjaminan kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data dan informasi,” lanjut Hinsa.

Sekarang ini, kata Hinsa, pada Januari – Mei 2021, Indonesia memasuki era perang siber mencapai 448.491.256 anomali lalu lintas serangan siber. “Kategori anomali terbanyak, yaitu: Malware, Trojan Activity, Information Leak,” ungkapnya. “Adapun tren serangan siber cenderung ke serangan Ransomware dan Insiden Data Leaks,” tambah Hinsa.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyebutkan keamanan siber menjadi penting mengingat LIPI memegang data terbesar di negara ini selain pajak yang sifatnya data governance dan juga Dukcapil atau data korporasi yang basisnya adalah data customer. “Nah, LIPI itu memiliki data publik terbesar khususnya pengelolaan data ilmiah baik primer maupun sekunder,” ungkap Handoko.

Selain LIPI, pelaksana keamanan siber di Indonesia Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Nuklir Nasional  (BATAN), telah lebih dulu membentuk tim CSIRT. Dikatakan Handoko, pembentukan ini merupakan upaya membantu BSSN dalam meningkatkan keamanan dari sisi riset supaya masyarakat bisa memanfatakan teknologi  dengan lebih bijak dan cerdas, tanpa mengurangi resiko.

Adapun dalam waktu dekat dan tahun ini, Handoko berencana melakukan  konversi CSIRT dari keempat LPNK menjadi BRIN-CSIRT. “Jadi mohon bantuan BSSN dalam penggabungan  pelaksana keamanan siber dari empat LPNK untuk  bisa dilaksanakan pada tahun ini juga., karena sebenarnya secara kapasitas, kemampuan dan kompetensi sudah dimiliki oleh LPNK,” harap Handoko.

Penggabungan tim pelaksana dari empat LPNK ini disambut baik oleh Plh, Kepala LIPI, Agus Haryono, yang menyebutkan bahwa LIPI siap untuk melaksanakan Integrasi ke dalam BRIN. “Dalam hal ini, LIPI menjadi lembaga ke-sebelas di tahun 2021 yang mendapat kesempatan dibina untuk menjadi salah satu CSIRT yang dikembangkan oleh BSSN.  “Tim pelaksana keamanan siber LIPI dipercayakan kepada Pusat Data dan Informasi Ilmiah yang mengawal tugas menangani keamanan jaringan elektronik,” jelas Agus.

Plt. Pusat data dan Informasi Ilmiah LIPI, Hendro Subagyo, mengatakan, insiden siber yang pernah terjadi di LIPI yaitu serangan defacement pada beberapa website satuan kerja di lingkungan LIPI. “Pada 2020 terjadi serangan ransomware pada server data Pusat Penelian Biopmaterial dan Maret 2021 pada server printer sentral,” ungkap Hendro.

Mengatasi dan mencegah serangan siber di LIPI, Hendro dan Tim sudah menerapkan firewall baik di sisi data center maupun infrastruktur network. “Sedangkan untuk penanganan dari insiden siber sebatas recovery dari server backup,” jelasnya. Sehingga, menjadi perhatian LIPI untuk menanggulangi risiko tersebut.” Untuk itu, pembentukan Tim LIPI-CSIRT dipandang sangat penting untuk menanggulangi insiden siber,” pungkas Hendro. (mtr/ drs)
 
Sumber : Humas LIPI